“Electric log interpretations can be very accurate after calibration, but well logs in wildcats often give equivocal data. Sidney Powers Medalist Bob Sneider made a study of field histories, and came to the astounding conclusion that it took, on average, three wildcat penetrations before a 500 million barrel field would be recognized! How many fields have you drilled through, without recognizing them?”
Paragraf di atas adalah kutipan dari sebuah komentar yang ditulis Marlan Downey, mantan presiden AAPG (American Association of Petroleum Geologists) , seorang Sidney Powers medalist, terkenal sebagai seorang ahli masalah sealing dalam perangkap minyak dan gas Bumi. Downey menulis komentarnya itu di majalah AAPG Explorer edisi terbaru Agustus 2014.
Agustus 2013 saya posting di wall FB saya gambar kartun terlampir sambil menceritakan bahwa belakangan cenderung terjadi di Indonesia banyak company (company besar dan internasional sekalipun) menyerah melakukan eksplorasi, mengembalikan wilayah kerjanya ke Pemerintah Indonesia setelah mengebor sumur pertamanya di wilayah kerjanya. Bahkan ada yang mengembalikan wilayahnya tanpa mengebor, padahal wajib bor –lebih baik menggantinya dengan menyerahkan uang penalti, karena tertulari company tetangganya yang gagal eksplorasi dan mengembalikan wilayahnya. Ada juga company yang menjual hampir seluruh sahamnya karena kegagalan wilayah tetangga. Dan yang paling parah, ada yang menemukan minyak, dan signifikan bila mau bersabar dan tahan mental melakukan eksplorasi terus, tetapi memilih mengembalikan wilayahnya.
Marlan Downey bahkan menulis ada company-company yang sudah mengebor lapangan, tetapi tak mengenaIinya karena data log bisa tersamar. Maka kita harus mengkaji kembali data log sumur-sumur lama.
Filosofi eksplorasi sumur pertama gagal harus diluruskan. Tugas eksplorasi adalah mencari. Mencari itu seperti dalam kehidupan sehari-hari tidak bisa sekali menemukan. Kunci mobil kita tak di tempat misalnya, lalu kita mencarinya ke dalam tas kerja kita. Tak ada. Apakah kita berhenti saja mencarinya dan memanggil tukang bikin kunci? Tidak toh, kita mencarinya lagi ke tempat lain di dalam rumah, sampai menemukannya, atau memang pada akhirnya kita harus memanggil tukang bikin kunci. Tugas eksplorasi juga mengumpulkan data, termasuk sumur pertama di wilayah kerja itu. Sedapat mungkin memang sumur itu selain mengumpulkan data juga menemukan minyak. Tetapi bila seorang manajer eksplorasi dan semua manajemen di atasnya mengembalikan wilayah kerja karena sumur pertamanya di tempat itu gagal menemukan minyak/gas, maka ada dua kemungkinan:
1. mereka semua tidak mengerti filosofi sumur eksplorasi pertama
2. mereka salah mencantumkan GCF (geological chance factor) di sumurnya, harusnya bukan 20 % misalnya seperti di prognosis sumur, tetapi harus 100 % sebab sekali sumurnya gagal mereka langsung meninggalkan bloknya. Sebab kalau GCF 20 %, artinya mereka harus mengebor 4 sumur lagi sebelum menyerah atau menemukan.
Mengikuti hasil studi Bob Sneider, mengebor 3 sumur eksplorasi buat menemukan lapangan dengan isi 500 juta barrel sama sekali tidak berat, tetapi sayang banyak yang menyerah setelah sumur pertama dibor bahkan sebelum mengebor pun. Mengapa, karena mereka tidak pernah dapat melihat lapangan 500 juta barrel itu dari awal. Tetapi di situlah yang namanya eksplorasi –gabungan antara sains, seni, dan ketahanan mental.
Jangan pernah membebani sumur eksplorasi pertama di suatu wilayah kerja sebagai harus menemukan minyak/gas. Sumur eksplorasi pertama itu tugasnya hanya untuk mengumpulkan data buat mengonfirmasi konsep yang dibangun atas interpretasi seismik dan hipotesis petroleum system. Kalau pun ia menemukan minyak/gas, itu namanya anugerah, bonus. Anugerah/bonus itu jarang muncul saat pertama, maka kalau sumur pertama itu kering, itu biasa. Sumur ini tidak gagal, bahkan akan mengurangi risiko sumur-sumur eksplorasi berikutnya, lebih fokus ke arah penemuan.
Itu adalah sebuah filosofi eksplorasi yang sederhana sebenarnya, tetapi toh banyak yang tidak mengerti dan jernih melihatnya, dan tak jarang wilayah kerja ditinggalkan sebab sumur pertama mereka ternyata menelan biaya tinggi – tanpa pengalaman itu biasa saja sebenarnya, hampir semuanya mengalami, sumur-sumur berikutnya tak akan semahal sumur pertamanya. Bila meninggalkannya karena alasan finansial, itu namanya eksplorasi setengah hati. Namun bisa dipahami dalam situasi sulit seperti sekarang.
Hanya jangan pernah menganggap bahwa eksplorasi area frontier di Indonesia telah gagal dengan keringnya sekitar 20 sumur eksplorasi yang dibor dalam empat tahun terakhir ini, sebab semua sumur itu adalah sumur-sumur pertama di wilayahnya masing-masing. Dalam pandangan saya, sumur-sumur itu telah mengumpulkan data, mengonfirmasi konsep, atau mengharuskan kita membangun konsep baru lagi karena yang lama tak berlaku, mengambil data seismik lagi yang lebih fokus; semuanya akan mengecilkan risiko untuk penemuan selanjutnya. Saya hanya menyayangkan wilayah-wilayah itu terlalu cepat ditinggalkan, terlalu mudah menyerah.
Eksplorasi adalah permainan antara sains, seni, dan ketahanan mental. Bertahanlah, jangan terlalu mudah menyerah, perbaiki lagi permainan sains dan seni Anda.
Sumber : awangsatyanablog
0 Comments