About Me

header ads

Aspects Of The Earth (Shaler, 1890)


Dalam suatu kesempatan ke Adelaide, South Australia, tahun 2007, saya menemukan buku ini di sebuah toko buku bekas, yang ternyata menjadi koleksi buku tertua saya, buku terbitan tahun 1890. Rekor buku paling tua saya sebelumnya adalah sebuah Alkitab besar dan sangat tebal, berbahasa Sunda lama, terbitan tahun 1896, sebuah buku warisan dari nenek saya. Bayangkan, tahun 1890-an ternyata Alkitab telah diterjemahkan seluruhnya ke dalam bahasa Sunda.

Buku tertua saya itu ternyata sebuah buku geologi, “Aspects of the Earth: A Popular Account of Some Familiar Geological Phenomena” (Shaler, 1890). Buku ini ditulis oleh N.S. Shaler, professor geologi Harvard University. Penerbit Buku adalah Smith,Elder, and Co., Waterloo Place, London. Tebal buku 344 halaman,dihiasi dengan gambar2 dan foto2 pada masa itu. Kertas2 halamannya tebal, seperti karton yang tipis.

Menarik untuk membacanya, paling tidak kita dapat mengetahui sejarah perkembangan pemahaman geologi akhir abad ke-19.

Aspek-aspek yang dibahas dalam buku ini terbagi ke dalam tujuh bab : The Stability of the Earth, Volcanoes, Caverns and Cavern Life, River and Valleys, The Instability of the Atmosphere, Forests of North America, dan The Origin and Nature of Soils.

Bab “The Stability of the Earth” membahas : kesalahpandangan masa lalu tentang stabilitas Bumi, pertumbuhan benua dan penyebabnya, klasifikasi tentang gerakan-gerakan Bumi (swayings, pulsations, tremors), gerakan volkanik, sifat goncangan gempa, bagaimana pergerakan gempa melalui batuan, efek gempa kepada masyarakat, klasifikasi gempa berdasarkan energi perusaknya, metode membuat bangunan agar aman dari gempa, dan gelombang laut akibat gempa (belum menyebutnya sebagai tsunami). 

Bab “Volcanoes” membahas letusan-letusan gunungapi terkenal seperti Vesuvius, Etna, Tambora, dan Krakatau, produk-produk letusan gunungapi, dan perbandingan antara letusan gunungapi di Bumi dan di Bulan. 

Bab “Caverns and Cavern Life” membahas klasifikasi gua dan metode pembentukannya, gua batugamping dan gua volkanik, kehidupan manusia primitif di gua, peninggalan2 fosil di gua, dan deposit mineral di gua.

Bab “Rivers and Valleys” membahas bagaimana singkapan2 batuan di sungai membantu studi geologi, jenis2 sungai, erosi di sungai, endapan2 sungai, air terjun, penyebaran sungai terhadap formasi geologi, delta, deposit glacial, dan pembahasan sungai-sungai terkenal seperti Mississippi dan Amazon. 
Bab “Instability of the Atmosphere” membahas semua unsur dan efek cuaca di daratan dan lautan seperti curah hujan, temperatur, angin, dll, bencana2 cuaca seperti badai, angin topan dan bagaimana mengenal serta menghindarinya.

Bab “Forests of North America” membahas tentang hutan2 di belahan Bumi sebelah utara secara umum, suksesi geologi tanamannya, evolusi kehidupan di dalamnya, varietas hutan di Amerika Utara dan perbandingannya dengan di Eropa, penanaman hutan kembali, padang rumput, kebakaran hutan, hujan asam di hutan, aspek penggundulan hutan, dan nilai ekonomi hutan.

Bab “The Origin and Nature of Soils” membahas asal tanah oleh berbagai proses, klasifikasi tanah, efek2 proses Bumi dan udara terhadap tanah, kerusakan tanah, dan penggunaannya.

Berikut beberapa contoh konsep geologi di dalam buku tersebut, bisa dilihat bagaimana pemikiran yang berkembang pada zaman itu.

Sebuah konsep menarik yang dikemukakan adalah bahwa diameter Bumi bergantung kepada jumlah panas yang dikandungnya. Panas ini secara tetap menghilang ke ruang angkasa dengan makin mendinginnya Bumi. Letusan volkanik pun menghilangkan panas Bumi. Maka, Bumi secara konstan semakin menciut ukurannya. Penghilangan panas dan penciutan ini semakin cepat menuju pusat Bumi, karenanya semakin ke pusat Bumi semakin tak ada kerak batuan yang keras. Penciutan Bumi juga menjadi penyebab mengapa kerak Bumi mengerut2 terdeformasi menjadi punggungan, kontinen, dan samudera. Perbedaan penciutan antara inti Bumi dan kulitnya menjadi penyebab deformasi ini.

Bagaimana menerangkan asalnya gunungapi ? Deposit sedimen di dasar laut mengandung 5-25 % air terperangkap di antara butir2 batuannya. Suatu ketika lapisan sedimen ini terpendam sangat dalam sekitar 20.000 kaki atau lebih sehingga terpapar kepada panas interior Bumi. Air yang terperangkap di dalamnya akan meningkat temperaturnya melebihi titik didihnya. Panas ini datang bukan dengan cara konduksi tetapi juga melalui intrusi magma seperti dike. Air mendidih ini selalu berubah menjadi keadaan gas, bila menemukan garis lemah di sekitarnya maka tekanan uap ini akan membukanya kemudian energinya akan meletus membentuk gunungapi. Bila letusannya begitu besar, maka air panas bertekanan tinggi ini akan meleburkan batuan di sekitarnya kemudian akan menjadi produk letusan gunungapi sebagai lava.

Bagaimana membangun gedung yang aman terhadap gempa ? Shaler (1890) mengutip buku terkenal tulisan Prof. John Milne, ahli gempa saat itu, berjudul “Earthquake and Other Earth Movements” (Milne, 1886 – International Science Series, Appleton and Co., New York). Ini nasihat Prof. Milne untuk membangun gedung di wilayah gempa : 

- Aturlah celah-celah di tembok sehingga tekanan horisontal yang diakibatkan gempa akan berkekuatan sama pada semua bagian dalam arah tegak lurus.
- Biarkan semua bagian gedung memiliki periode vibrasi yang sama.
- Hindari atap dan cerobong asap yang berat
- Gunakan semen yang baik untuk membuat dinding batu.
- Atap jangan terlalu curam, dan genteng2 pada puncaknya harus terikat dengan baik
- Ketahui dari mana arah goncangan utama sering datang dan dirikan tembok kosong sejajar dengan arah gaya itu.
- Semakin tinggi gedung akan semakin tergoncang, jadi ikatannya harus semakin kuat.

Kita ikuti sekarang bagaimana Shaler membahas letusan2 volkanik di Indonesia yang disebut di situ masih sebagai The East Indies Archipelago atau the great Malayan Archipelago. Wilayah ini pada zaman itu terkenal sebagai ”rookery of volcanoes” (kumpulan gunungapi). ”We had there the greatest eruptions of which we have any historical record” tulis Shaler. 

Tahun 1772 Papandayang (Papandayan maksudnya), gunungapi besar setinggi 9000 kaki, meletus dengan hebatnya sehingga bagian atas kerucutnya setinggi 4000 kaki terlempar ke udara (!) dan hancur sebagai abu volkanik yang mengubur 40 desa. 

Tahun 1822, Sumbowa (Sumbawa maksudnya), sebuah pulau kecil di timur Jawa meletus lebih hebat lagi, terdengar letusannya dari jarak 970 mil sampai Sumatra dan 720 mil sampai Ternate. Abu dan batuapungnya merusak semua bangunan sejauh 40 mil dari kawah letusan. Letusan ini telah menyebabkan angin putting beliung karena atmospheric disturbance yang mencabut semua pohon di hutan dan mengubah lahan subur menjadi gurun. 12.000 orang di Tomboro (Tambora maksudnya) tewas dan hanya 26 orang yang selamat.

Tahun 1822 juga Galongoon (Galunggung maksudnya) yang sebelumnya tak diketahui aktif meletus dengan dahsyat dan abu serta lumpur panasnya mengubur 140 desa di sebuah sisi gunung menelan 4000 nyawa. Tak ada sisa2 kehidupan tertinggal akibatnya.

Tahun 1883, Krakatau meletus dahsyat, dan paling dahsyat sampai saat ini (Krakatau meletus tujuh tahun sebelum buku ini diterbitkan). Krakatau adalah pulau kecil di tengah Sumatera dan Jawa. Setelah meletus hampir seluruh pulau ini hilang sampai ke bawah laut. Bagian letusan terjadi di dasar laut, bukan di pulau yang muncul di atas laut. Letusan ini mengakibatkan gelombang setinggi 50-60 kaki melanda pantai dan perkebunan di batas Sumatera dan Jawa membunuh lebih dari 30.000 orang. Gelombang ini terasa sebagai anomali pasang di Atlantik utara dan seluruh pantai Pasifik. Fenomena di atmosfer akibat letusan ini lebih dahsyat lagi daripada yang terjadi di laut. Gelombang kejutnya mengelilingi planet Bumi dua kali, abu2 halusnya menjadi bagian permanen atmosfer.

Nah, itulah beberapa contoh konsep pemikiran dan deskripsi di dalam buku tua geologi ini. Tentu masih banyak sekali hal yang lain. Menurut hematsaya, buku ini menarik, terutama untuk megetahui bagaimana konsep pemikiran aspek-aspek geologi pada akhir 1800-an.

Sumber : awangsatyanablog

Post a Comment

0 Comments

close