About Me

header ads

Jejak Laut Holosen di Pulau Belitung

Koral Jenis Siderastrea sidereal berada di ketinggian 1 meter diatas permukaan air laut sekarang.

Pulau Belitung, sebuah pulau kecil (kl. 480.010 hektare) di Selat Karimata, Sumatera bagian selatan, memang mempunyai banyak kejutan. Selain gubal-gubal (bongkahbongkah) granit dan timahnya yang mendunia, di pulau ini juga banyak dijumpai karang perairan laut dangkal di Kala Holosen, ketika permukaan laut lebih tinggi sedikit dari keadaan sekarang.

Beberapa karang terdapat menempel di atas batuan granit yang menjadi ciri dari pulau yang termasuk wilayah Provinsi Bangka-Belitung ini. Dijumpai pula fosil-fosil fauna pantai seperti kepiting dan lainnya. Karang di antara batuan granit ini tersebar seperti di Pulau Kelayang, Pantai Tanjung Tinggi, dan Siantu di wilayah Sijuk, Kabupaten Belitung; serta pantai-pantai di wilayah Membalong dan wilayah Simpang Pesak di Kabupaten Belitung Timur.

Tulisan ini dari seorang yang bukan ahli geologi, namun berkeinginan kuat untuk memahami fenomena alam pulau tempat kelahiran sendiri. Informasi satuan batuan dan geologi lainnya dalam tulisan ini mengacu kepada Peta Geologi Lembar Belitung, Sumatera oleh Baharudin dan Sidarto (1995). Sedangkan nama-nama fosil biota laut didasarkan kepada kesamaan dengan bentuk-bentuk yang ditemui di internet. Karena itu, masukan dari para ahli geologi untuk koreksi atau perbaikan penjelasan geologi dalam tulisan ini sangat dinantikan.

Batu Gerude sebagai ikon pariwisata Pulau Belitong. Guratan dan lekukan pada batu tersebut adalah hasil pengikisan oleh air dan angin serta cuaca selama jutaan tahun.


Karang Tua dan Granit Ungu Pulau Kelayang

Batu Gerude sebagai ikon pariwisata Pulau Belitong. Guratan dan lekukan
pada batu tersebut adalah hasil pengikisan oleh air dan angin serta cuaca selama jutaan tahun.
Pulau Kelayang adalah sebuah pulau kecil yang sangat indah. Letaknya di Dusun Tanjung Kelayang, Desa Keciput, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung. Berada di sisi utara Belitung, Pulau Kelayang yang luasnya sekitar dua hektar, menyimpan berbagai fenomena alam di tengah hamparan pasir putih dan laut jernih. Batuan granit yang seakan bermunculan dari dalam laut menambah eksotisme pulau kecil ini. .

Pulau Kelayang terletak di Satuan Granit Formasi Tanjungpandan yang merupakan batuan granit tertua di Belitung, yaitu berumur Trias atau sekitar 240 juta tahun yang lalu (tyl). Gubal-gubalnya sangat besar dan memiliki beragam bentuk yang unik. Salah satunya, Batu Gerude yang berbentuk seperti kepala burung yang terletak di sisi timur Pulau Kelayang.

Selain itu, di Pulau Kelayang juga terdapat beberapa gua yang terbentuk dari tumpukan batuan granit. Gua tersebut menjadi tempat tinggal burung walet dan koloni salah satu spesies langka yaitu kelelawar putih. Di areal gua inilah terdapat sisa-sisa karang tua peninggalan laut Kala Holosen (kl. 10.000 tyl). Diantaranya, sisa koral spesies Siderestrea sidereal yang melekat pada batuan granite. Bahkan di areal ini ditemukan juga sisa kulit kerang yang melekat pada bebatuan granit di ketinggian tiga meter di atas permukaan laut (dpl) sekarang ketika surut. Bebatuan granit yang berhimpitan melindunginya dari ganasnya hempasan gelombang air laut di musim angin kencang.

Di area ini juga terdapat batuan granit yang berwarna ungu. Susunan batuan granit yang berwarna beda dari warna granit pada umumnya itu terdapat di sekitar sisa-sisa karang tua di dekat gua granit. Warna ungu ini adalah pigmen yang berasal dari terumbu karang tua.

Teritip Purba Pantai Tanjung Tinggi

Pantai Tanjung Tinggi di Desa Tanjung Tinggi, Kecamatan Sijuk, memiliki panorama pantai yang menakjubkan. Pantai ini juga dipenuhi oleh batuan granit raksasa dan pasir putih seperti pantai-pantai andalan pariwisata lainnya di Pulau Belitung.

Laut di Pantai Tanjung Tinggi dangkal dan landai serta berteluk sehingga aman bagi wisatawan yang ingin menikmati kejernihan pantai. Selain keindahannya, pantai yang juga dinamakan Pantai Pelabuhan Bilik oleh warga setempat ini, juga menyimpan sisa-sisa laut purba jaman dahulu, yaitu lapisan kerang teritip yang melekat pada bebatuan pantai.

Fenomena granite di Pulau Kelayang dengan 2 warna yang berbeda.
Kerang Teritip adalah salah satu jenis kerang laut yang hidupnya menempel di bebatuan maupun di kayu yang hanyut di lautan. Area hidupnya adalah batas antara level air pasang naik dan level air pasang surut (tidal area) di ekosistem pantai.

Di pantai Tanjung Tinggi inilah terdapat sisa cangkang kerang teritip yang hidup di kala muka air laut berada diatas ketinggian air laut sekarang. Jenisnya adalah Balanus sp. yang sisa-sisanya masih melekat di bebatuan granit Pantai Tanjung Tinggi. Kerang Teritip ini saat ini ditemukan berada di ketinggian dua meter dpl. Di yang disebut juga sebagau “Pantai Laskar Pelangi” ini ada beberapa titik singkapan sisa-sisa teritip purba dan terumbu karang tua.

Kulong Karang Tua Sijok

Terletak di kompleks pertambangan timah Gunong Gasing, areal Hutan Lindung Pantai (HLP) dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Sengkeli, Desa Sijuk, Kecamatan Sijuk, Kulong Karang Tua Sijok memiliki fenomena paleontologi yang unik. Di bekas penambangan timah ini dapat dijumpai karang tua yang disusun oleh pecahan dari berbagai jenis terumbu karang dan kerang, serta kepiting yang sudah membatu. Kesemuanya terangkat ke permukaan akibat aktivitas pertambangan timah dengan sistem ponton rajuk maupun tambang timah darat yang membuka tambang dengan cara mengeruk tanah lapis demi lapis dengan eskavator.

Kulong Karang Tua Sijok semula adalah daratan dan rawa yang didominasi hutan mangrove, hutan cemara laut, dan hutan rawa dengan ekosistem kayu putih (“Hutan Gelam” dalam bahasa setempat). Saat ini kesemuanya berubah menjadi sebuah areal dengan banyak danau bekas pertambangan timah (“kulong”). Aktivitas penambangan timah inilah yang menyebabkan tersingkapnya lapisan karang yang berada di kedalaman sekitar 2 – 5 meter di bawah lapisan tanah yang posisnya saat ini ini sekitar tiga meter dpl.

Secara geologi, Kulong Karang Tua Sijok terletak diujung Satuan Granit dari Formasi Tanjung Pandan yang berbatasan dengan Satuan Lava Bantal Siantu.

Lokasinya hanya sekitar satu hingga empat kilometer dari bibir pantai Sengkeli, Desa Sijuk dan luas sebarannya sekitar dua hingga sepuluh hektar.

Keindahan Pantai Tanjong Tinggi. Airnya jernih berpadu dengan batuan granite.

Keindahan Pantai Tanjong Tinggi. Airnya jernih berpadu dengan batuan granite.
Beberapa jenis koral dari Kulong Karang Tua Sijok diantaranya adalah Acropora sp, Montipora sp, Fungia sp, Polyphyllia talpina, Oxypora laceva, Siderastrea sidereal, Herpolitha limax dan banyak lagi jenisnya. Beberapa diantaranya bahkan hidup melekat dibebatuan granit yang ada di area tersebut. Jenis kerang-kerangan diantaranya Kerang Dara (Anadara granosa), Kerang Venus, Kerang Conus (Conus sp), Kima (Tridachna sp), dan masih banyak lagi.

Di lokasi ini juga ditemukan berbagai jenis kepiting laut yang telah membatu dan dolar pasir (Clypeaster sp). Kepiting-kepiting tersebut juga terangkat oleh aktivitas pertambangan timah. Kepiting yang sudah membatu itu rata-rata ditemukan tidak insitu dan keadaaannya rusak akibat penambangan. Tiga spesies kepiting, yaitu Kepiting Batu (“Rock Crab”, Liocarcinus vernalis), Kepiting Hantu (Ketam Keranjang atau ”Ghost Crab”, Ocypode sp) dan satu lagi jenis kepiting yang belum diketahui spesiesnya, telah dijumpai dari kawasan ini.

Secara keseluruhan, di areal kulong Karang Tua Sijok ini diperkirakan terdapat lebih dari 1.000 spesimen kepiting berbagai ukuran dan kondisi yang sudah membatu. Diperkirakan masih banyak spesimen yang melekat pada batuan induknya di lokasi mengingat luasan sebaran terumbu karang tua di DAS Sengkeli Sijuk ini mencapai sekitar 10 hektar.

Kulong Karang Tua Sijok,Pulau Belitong.Terdapat lapisan terumbu karang yang menjemari dengan batuan granite.

Kulong Karang Tua Sijok,Pulau Belitong.Terdapat
lapisan terumbu karang yang menjemari dengan batuan granite.
Untuk kepiting yang paling banyak ditemukan adalah Kepiting Hantu atau Ketam Keranjang. Sangat mudah menemukannya ditumpukan pasir tailing hasil dari pertambangan timah. Bahkan dapat dikenali kepiting jantan yang memiliki capit yang besar dan cangkang perut yang ramping, dan kepiting betina dengan ciri capit yang kecil dan cangkang perut yang lebar untuk menaruh telur dimasa kehamilan.

Melihat kondisi fisik spesimen terumbu karang tua dan kerang yang tidak banyak mengalami perubahan pigmen/warna pada cangkangnya, muncul dugaan bahwa penyebab kematian karang tersebut bukan susut laut, melainkan sebab lain. Sebab, jika proses perubahan lautan menjadi daratan yang terjadi dalam waktu yang lama sebagai penyebab kematiannya, maka terumbu karang dan kerang itu akan mati perlahan dan akan mengalami proses pengeruhan warna. Namun, kenyataannya spesimen terumbu karang yg ditemukan masih dalam kondisi baik, tidak keropos dan warnanya masih mencolok. Ada kemungkinan penyebab kematian karang-karang itu adalah peristiwa yang mendadak seperti banjir besar yang melanda daerah itu sehingga tanah yang hanyut akibat banjir tersebut langsung menutupi ekosistem terumbu karang tua di lautan dangkal di sekitar Kulong Karang Tua Sijok.

Kerang jenis Sympyllin agaricin dipinggiran sungai di Desa Mentigi.

Adapun lapisan asli yang mengandung terumbu karang tua dan kepiting yang sudah membatu tersebut berada di kedalaman antara dua meter sampai empat meter di bawah permukaan tanah. Lapisan yang menimbum ekosistem karang tua tersebut merupakan lapisan tanah bercampur lumpur hasil erosi dan mengandung timah. Oleh sebab itu, areal tersebut juga ditambang oleh masyarakat setempat sebagai sumber mata pencaharian. Di sekitar area tersebut lanskapnya sudah menjadi hutan kayu putih (gelam) dan mangrove.

Kerang jenis Sympyllin agaricin dipinggiran sungai di Desa Mentigi.
Karang Tua di Mentigi, Membalong

Tidak hanya di Pulau Belitung bagian utara, jejak laut purba juga ditemukan di bagian selatan pulau ini. Tepatnya di Desa Mentigi, Kecamatan Membalong, Kabupaten Belitung, sebuah ekosistem karang tua peninggalan laut dangkal dijumpai. Lapisan terumbu karang tua di sini diperkirakan juga tertimbun oleh pasir hasil erosi dari bukit di sekitarnya seiring dengan kondisi ketinggian air laut yang menurun pada kala itu.

Berbagai macam jenis terumbu karang dan kerangkerangan khas laut tropis dangkal juga bisa ditemukan di areal ini. Lapisan terumbu karangnya berada sekitar dua meter dari atas permukaan tanah dan tereskavasi ke permukaan oleh aktivitas pembuatan jalan dan tambang pasir di desa tersebut. Sisa-sisa kerang ditemukan pada jarak terjauh dari bibir pantai sekarang 150 meter ke arah daratan Desa Mentigi.

Secara geologi, lapisan terumbu karang tua Mentigi berada diatas Satuan Aluvium yang berbatasan dengan satuan batuan Granite Adamelit Baginda yang mendominasi Pulau Belitung bagian selatan. Luasannya belum diketahui secara pasti.

Pantai Siantu dengan batuan Lava Bantal nya. Pulau didepan itu adalah Pulau Siantu.

Karang Tua di Siantu

Pantai Siantu dengan batuan Lava Bantal nya.
Pulau didepan itu adalah Pulau Siantu.
Siantu adalah sebuah pantai yang terpencil di sisi utara Pulau Belitung. Berada di Dusun Piak Aik, Desa Sijuk, Kabupaten Belitung, pantai ini hanya berjarak tujuh kilometer dari Kulong Karang Tua Sijok. Pantai Siantu belum begitu terkenal seperti Pantai Tanjung Kelayang karena akses untuk menuju pantai ini masih berupa jalan setapak yang biasa dipakai oleh nelayan setempat untuk mencari ikan. Selain masyarakat setempat, hanya beberapa wisatawan minat khusus yang singgah berlabuh dan beberapa peneliti yang pernah berkunjung ke pantai ini.

Siantu mulai dikenal terutama oleh para ahli geologi karena di pantai ini tersingkap sebuah fenomena geologi yang unik, yaitu batuan lava bantal (pillow lava) yang tersusun oleh basalt. Terdapat juga breksi. Keduanya berasal dari gunung api purba. Pantai Siantu tidak seperti pantai di Pulau Belitung pada umumnya yang memiliki batuan granit dan pasir pantai yang berwarna putih, pasir pantainya berwarna kuning kemerahan..

Selain lava bantal, di Pantai Siantu juga terdapat memiliki sebuah fenomena sisa-sisa karang tua (micro atol) dari laut purba kala Holosen yang pernah hidup diatas satuan batuan beku yang mendominasi are,. Sisa-sisa karang tua yang berupa batuan karang dengan diameter mencapai dua meter itu bisa dilihat ketika air laut dalam kondisi surut.

Karang Tua Tanjung Kelumpang

Susunan batu granite di Pantai Pulau Pandan,Tanjung Kelumpang yang
berdiri tegak bersama pepohonan mangrove. Pantainya berlumpur tidak
seperti pantai di Pulau Belitong pada umumnya.
Pantai Punai, salah satu pantai wisata yang ada di Kabupaten Belitung Timur dan pantai-pantai lainnya di wilayah Desa Tanjung Kelumpang, ternyata juga menyimpan sisa-sisa laut purba berumur Holosen berupa karang tua dan lapisan tanah yang mengandung cangkang kerang. Karang-karang itu diperkirakan dahulu tumbuh di atas batuan Granit Adamelit Baginda ini. Seperti halnya Pantai Siantu, Pantai Punai juga memiliki batu-batu karang tua yang masih kokoh berdiri tegak di pantai tersebut..

Susunan batu granite di Pantai Pulau Pandan,Tanjung Kelumpang yang berdiri tegak bersama pepohonan mangrove. Pantainya berlumpur tidak seperti pantai di Pulau Belitong pada umumnya.

Beberapa diantara karang tersebut tertimbun pasir pantai dan sebagian lagi mencuat keluar sehingga mudah untuk dikenali. Sisa koral jenis Siderastrea sidereal juga ditemukan masih melekat pada granit di pantai ini. Meskipun belum ditemukan kepiting yang membatu seperti di Kulong Karang Tua Sijok, tapi diyakini di kawasan ini juga terdapat fosil kepiting tua.

Sebaran Laut Holosen di sekitar Belitung

Mengacu kepada Peta Geologi lembar Belitung oleh Baharudin dan Sidarto (1995) yang menjadi rujukan tulisan ini, batuan penyusun Pulau Belitung dan sekitarnya terdiri atas beberapa satuan batuan. Yaitu, satuan Granit Tanjungpandan (Trtg) di bagian utara, satuan Granit Adamelit (Jma) di bagian selatan, satuan batuan Granodiorit Burung Mandi (Kbg) di bagian timur, Formasi Tajam (PCTm), Formasi Kelapa Kampit (PCks), satuan batuan Pasir Berkarbon Pasir (Qpk) dan Aluvium (Qa) yang berwarna putih pada peta tersebut. Penyusun peta tersebtut juga menemukan lapisan terumbu karang satuan Aluvium (Qa) di daerah Sengkeli Sijuk, Belitung utara (huruf AI pada peta); dan di daerah Gantung, Belitung timur (B).

Untuk mengetahui sebaran laut purba (Holosen, kl. 10.000 tyl) di sekitar Belitung, penulis telah mensurvei jejak peninggalan laut hampir di seluruh Pulau Belitung dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Hasilnya, tanda-tanda laut di Kala Holosen dijumpai di (kode angka sebagaimana pada peta) wilayah Belitung bagian utara, yaitu di Sijuk (1), Tanjung Tinggi (2), Sengkeli, Sijuk (3); dan Siantu, Sijuk (5); dan wilayah Belitung bagian selatan, yaitu di Mentigi, Membalong (4), dan Dukong, Tanjung Kelumpang (6). Adapun luasanya diperkirakan lebih dari 100 hektar berdasarkan luasan dataran rendah sepanjang garis pantai Pulau Belitung dan pulau-pulau kecil di sekitarnya yang memungkinkan menjadi laut dangkal pada kala itu.

Peta geologi lembar Belitung buatan Baharudin dan Sidharto yang telah dibubuhi beberapa penanda lokasi peninggalan laut kala Holosen oleh penulis.

Peta geologi lembar Belitung buatan Baharudin dan Sidharto yang telah dibubuhi
beberapa penanda lokasi peninggalan laut kala Holosen oleh penulis.
Menurut penulis, hampir di seluruh pesisir Pulau Belitung pada batuan dengan posisi tiga meter di bawah muka laut saat ini dapat ditemukan peninggalan lingkungan laut di Kala Holosen. Penulis juga berpendapat bahwa bentuk Pulau Belitung pada Kala Holosen, ketika posisi muka air laut di atas posisi muka air laut sekarang adalah bentuk Pulau Belitung yang berwarna, yaitu Belitung tanpa lapisan formasi Aluvium (Qa) Peta Geologi Lembar Belitung.

Dengan demikian, kala itu daerah Penyabong dan Batu Baginde (tanda ! pada peta) termasuk dalam Satuan Granit Adamelit Baginda di selatan pulau Belitung yang terpisah dengan pulau induk Belitung. Begitu pula daerah Tanjung Ru (ii) yang ditempati oleh Formasi Kelapa Kampit di barat pulau Belitung di kala itu juga terpisah dari pulau induk Belitung. Sedangkan daerah Air Buding/Simpang Tiga (iii) yang berada di tengah pulau Belitung sekarang, dulunya merupakan sebuah danau besar yang kemudian diisi endapan hasil erosi dari bukit-bukit di sekitarnya.

Tidak diragukan lagi bahwa dataran rendah Pulau Belitung yang berbatasan dengan patai-pantai Pulau Belitung sekarang, dengan lebar antara satu hingga 10 kilometer dari bibir pantai saat ini, dahulu di Kala Holosen memang merupakan laut dangkal yang kaya akan biota laut. Hal ini merupakan fenomena yang menarik untuk studi berbagai disiplin ilmu seperti geologi, paleontologi, dan perubahan iklim. (Meggi Rhomadona)

Penulis adalah pemerhati alam dan lingkungan serta geologi Pulau Belitung, tinggal di Belitung.

Sumber : Sumber : GeoMagz

Post a Comment

0 Comments

close