About Me

header ads

Mengunjungi Tanjung Aan, Lombok Selatan: Old Andesites


Menutup kursus HAGI "Petroleum Geology and Petroleum Systems of Indonesia", kami jalan-jalan sambil belajar geologi di lapangan siang-sore ini ke Tanjung Aan, tak jauh dari Kuta, Lombok.

Menurut penyelidikan geologi, di sini tersingkap kompleks gunungapi bawahlaut berumur Oligo-Miosen, yang di Jawa Selatan dikenal sebagai "OAF" -Old Andesite Formation. OAF adalah jalur gunungapi definitif pertama di Jawa, yang menurut van Bemmelen (1949) merupakan jalur gunungapi bawahlaut. Sekarang, jalur OAF terangkat menjadi Pegunungan Selatan Jawa. Rupanya, jalur volkanik ini masif sebab juga menerus ke Bali-Lombok-Sumbawa bagian selatan.

Di pantai Kuta-Tanjung Aan, kompleks endapan gunungapi ekivalen OAF ini tersingkap luas. Peta geologi Lembar Lombok skala 1:250.000 (Andi Mangga et al., 1994) menyebutkan bahwa Formasi Pengulung (Tomp) adalah salah satu dari kompleks endapan gunungapi tersebut, yang terdiri atas: breksi, lava dan tuf, berkomposisi andesit-basaltik, berinterkalasi dengan lensa-lensa batugamping, berumur Oligosen Akhir – Miosen Awal, berasal dari lingkungan pengendapan laut dalam sampai laut dangkal.

Di Tanjung Aan, kita akan disuguhi dengan pemandangan bukit-bukit kecil yang miskin vegetasi atau sama sekali tanpa tutupan vegetasi berupa bukit batuan yang didominasi batuan volkanik dengan sisipan batugamping di beberapa tempat. Bukit-bukit ini disusun endapan-endapan/ batuan piroklastika. Salah satu bukit volkanik yang kami kunjungi dan naiki adalah bukit volkanik tersusun dari tuf lapili, breksi volkanik, dan lava andesit-basaltik.
Bukit-bukit ini adalah singkapan-singkapan yang besar dan ideal buat mengenal endapan gunungapi bawalaut berumur Oligo-Miosen. Saya belum pernah menemukan hal yang sama di tempat-tempat lain di Sumatra-Jawa-Bali. Di tempat-tempat itu yang sering saya temukan adalah singkapan-singkapan setempat-setempat breksi volkanik, lava atau tuf; bukit gunungapinya sendiri tak pernah saya lihat.


Di kebanyakan tempat di Jawa, di Pegunungan Selatan, singkapan-singkapan Old Andesites banyak tertutup karbonat di atasnya. Bila OAF tersingkap, maka ia terdapat sebagai hasil proses erosi akibat pengangkatan Pegunungan Selatan, sehingga berbentuk jendela-jendela singkapan yang langka ditemui relatif terhadap luas areanya. Sementara di Tanjung Aan, Lombok yang terjadi adalah bahwa kompleks-kompleks endapan gunungapi Old Andesites terangkat hampir utuh ke permukaan, sehingga memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mempelajarinya. Itulah keunikan Tanjung Aan.

Kami mengamati bukit volkanik terdekat dengan pantai, yang terletak sekitar 25 meter dari garis pantai yang bisa dicapai dengan mudah pada keadaan surut. Bukit ini berdimensi panjang sekitar 30 meter, lebar 10 meter, tinggi 10 meter.

Mengacu kepada Wohletz & Sheridan (1983: Hydrovolcanic explosions II: Evolution of basalt tuff-rings and tuff-cones, Amer. J. Sci. 283: 385-413), bukit seperti ini bisa digolongkan sebagai morfologi gunungapi berbentuk ‘cumulus’ yang menunjukkan tubuh gunungapi bawahlaut di lingkungan lautdalam dengan regim energi rendah.


Bukit ini menunjukkan strato-volcano yang lapisannya disusun oleh perselingan antara breksi volkanik dan tuf (lapili). Asal breksi apakah akibat struktur hialoklastik atau peperitik mesti dilakukan penelitian lebih detail. Struktur hialoklastik adalah struktur yang menunjukkan breksiasi akibat aliran lava masuk ke media air kemudian mengalami granulasi atau pemecahan materi (shattering) menjadi fragmen-fragmen kecil bersudut mirip breksi.

Peperitik adalah proses yang menghasilkan peperite, yaitu materi mirip breksi di lingkungan sedimentasi marin sebagai hasil percampuran antara lava dengan sedimen atau intrusi magma di tempat dangkal ke dalam lingkungan sedimen di bawah air.
Kami juga melihat lava andesitik-basaltik dan hamparan lapisan lantai tuf lapili di depan bukit volkanik yang mengalami peretakan secara sistematik oleh kekar (jointing). Rekahan-rekahannya pada umumnya diisi oleh mineralisasi silikat atau kalsit.

Di puncak bukitnya ternyata masih ditemukan butiran-butiran fosil Schlumbergerella floresiana, yang terkenal sebagai pasir merica. Pasti ini akibat ulah angin yang menerbangkan pasir merica dari pantai ke puncak bukit.


Demikian sedikit cerita jalan-jalan dan belajar kami di Tanjung Aan, Lombok. Saat terbaik untuk mengunjungi kompleks gunungapi bawahlaut ini adalah pada saat muka laut surut maksimal karena singkapan berupa bukit-bukit volkanik dan lantai lava yang mengalami pengekaran karena pendinginan bisa didekati dan dipejari dengan detail.

Sumber : awangsatyanablog

Post a Comment

0 Comments

close