About Me

header ads

Subvolcanic Hydrocarbon Prospectivity Of Java


Kemarin sore sebuah diskusi panel digelar di Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) ke-39 Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) yang berlangsung di Solo. Diskusi panel ini berjudul “Central Java Hydrocarbon Potential”, yang secara khusus membahas masalah potensi hidrokarbon (minyak dan gas Bumi) di bawah lapisan tebal batuan volkanik di Jawa dan bagaimana teknologi geofisika dapat membantu untuk mengungkapkannya.

Secara umum, diketahui bahwa teknologi pengambilan data (akuisisi) dan pengolahan data seismik (processing) sampai saat ini hampir tak mampu menembus lapisan tebal volkanik untuk mengungkap konfigurasi lapisan batuan di bawah volkanik (subvolcanic).

Padahal, di Jawa, justru rembesan minyak dan gas paling banyak muncul di area volkanik. Begitu banyaknya rembesan minyak di area volkanik sampai pernah memunculkan teori bahwa minyak dan gas itu asal magmatik (salah satu teori anorganik asal minyak yang pernah muncul pada zaman Hindia Belanda di Indonesia). Dengan berkembangnya ilmu geokimia dan petroleum system, diketahui bahwa asal hidrokarbon adalah organik, yaitu dari zat renik organik (bakteri, plankton, ganggang) atau tumbuhan-tumbuhan di darat yang sebagian massanya menjadi komponen di batuan penggenerasi hidrokarbon (batuan induk). Berdasarkan itu, maka diduga bahwa di Jawa banyak batuan induk pengandung zat organik terkubur dan tertutup oleh lapisan tebal batuan volkanik yang menutupinya kemudian. Batuan volkanik ini telah menekan dan menenggelamkan batuan induk ke kedalaman yang menyebabkan zat organik di dalam batuan induk menjadi matang dan berubah menjadi minyak dan gas, lalu sebagian migas ini naik ke permukaan melalui celah-celah atau patahan-patahan dan menjadi rembesan minyak/gas di permukaan.

Apakah mungkin bahwa minyak/gas ini masuk ke dalam reservoir-reservoir yang membentuk perangkap-perangkap di bawah lapisan batuan volkanik? Tentu saja, dan inilah tujuan diskusi panel sore kemarin. Hanya masalahnya, data seismik sampai saat ini tak mampu menunjukkan/mengidentifikasi perangkap-perangkap tersebut sebab kualitas data seismik di bawah lapisan volkanik sangat buruk.

Maka untuk membahas masalah ini cukup detail diundanglah beberapa panelis yang dianggap mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang hal ini. Moderator diskusi ini adalah Ahmad Yuniarto (Schlumberger). Para panelis diskusi panel ini adalah: saya (SKK Migas), Supriyono (BP Indonesia), Yasushi Arakawa (JGI, Jepang), Alberto Boz (Eni Indonesia), dan Sibam Chakraborty (EMGS).

Saya diminta membahas geologi, tektonik, volkanologi dan potensi hidrokarbon di bawah lapisan batuan volkanik di Jawa. Supriyanto membahas akuisisi seismik di area sulit termasuk di area volkanik. Yasushi Arakawa membahas pengolahan data seismik (seismic data processing) di area volkanik dengan studi kasus di Jepang. Alberto Boz membahas integrasi data seismik di area sulit (khususnya yang terdeformasi sangat kuat) dengan data gayaberat dan magnetik. Sibam Chakraborty membahas aplikasi teknologi elektromagnetik di area seismik berkualitas buruk.

Saya membuka presentasi dengan menunjukkan posisi geologi dan tektonik Jawa sejak Zaman Kapur sampai sekarang yang telah berada di tepi selatan-tenggara Lempeng Eurasia yang menyebabkan pulau ini mengakomodasi proses volkanisme yang berhubungan dengan subduksi lempeng Samudera Hindia (subduction-related volcanism) dari Kapur sampai sekarang. Hal ini telah menyebabkan terjadinya “superimposed volcanism” yaitu bertumpuknya jalur-jalur/busur-busur volkanik dari berbagai periode geologi, terutama dari Neogen-Kuarter (zaman sekarang). Busur-busur volkanik yang signifikan berada di Jawa dan sebagian besar bertumpuk adalah: Eosen Akhir-Miosen Awal, Miosen Akhir-Pliosen, Kuarter. Volkanisme dari berbagai periode ini akhirnya telah menutup sebagian besar Pulau Jawa dengan lapisan tebal batuan volkanik.



Di sisi lain, pemetaan rembesan-rembesan minyak dan gas di Jawa yang sudah dilakukan sejak zaman Hindia Belanda pada tahun 1850-an ketika diplot lokasi-lokasinya ternyata menunjukkan posisi-posisi yang kebanyakan satu tempat dengan area volkanik. Saya membagi area rembesan minyak/gas yang berasosiasi dengan volkanisme ini ke dalam empat daerah: (1) Blok Banten, (2) Majalengka-Banyumas, (3) Serayu Utara di Jawa Tengah, dan (4) Dalaman Kendeng di Jawa Timur.

Dan menarik sekali bahwa sumur eksplorasi minyak pertama di Indonesia justru dibor di lereng baratlaut Gunung volkanik Ciremai, di desa Cibodas, Maja, Majalengka bernama Maja-1 berdasarkan keberadaan rembesan minyak. Sumur ini dibor oleh seorang pengusaha dari Cirebon bernama Jan Reerink pada tahun 1871 (saat itu belum ada perusahaan minyak di Hindia Belanda). Sumur ini menemukan minyak, lalu beberapa belas sumur lagi dibor dan menghasilkan minyak, meskipun akhirnya ditutup karena produksi menurun juga pendanaan berkurang.

Saya lalu menampilkan analisis-analisis geokimia bernama analisis biomarker dari beberapa minyak dan kondensat dari rembesan atau sumur-sumur eksplorasi yang ada di area volkanik ini dan semuanya dengan kuat menunjukkan bahwa batuan induknya berumur Eosen – Oligosen berasal dari batuan induk yang diendapkan di lingkungan darat, pantai, atau delta. Ini dengan jelas menunjukkan bahwa semua batuan induk ini telah ada di tempatnya sebelum kemudian ditutupi oleh lapisan tebal batuan volkanik yang dibentuk/diendapkan sejak Neogen-Kuarter.

Data lain dari singkapan-singkapan di lapangan untuk batuan-batuan berumur Eosen dan Oligosen di sekitar atau di dekat area volkanik juga menunjukkan bahwa mereka mempunyai potensi menjadi reservoir yang bagus dengan kandungan kuarsa yang tidak sedikit, kuarsa akan membuat kualitas reservoir bagus, seperti ditunjukkan oleh batupasir Formasi Bayah, atau batupasir Formasi Walat di Jawa Barat yang merupakan batupasir berumur Eosen-Oligosen merupakan endapan sungai (daratan) dan delta.

Dua hal di atas, (1) biomarker rembesan minyak di area volkanik, yang menunjukkan batuan induk berumur Eosen-Oligosen, dan (2) data singkapan batuan reservoir di lapangan di area atau dekat area volkanik yang menunjukkan keberadaan batuan reservoir berumur Eosen-Oligosen dengan kualitas yang bagus menunjukkan bahwa di bawah lapisan tebal volkanik Neogen-Kuarter di Jawa kita punya elemen aktif petroleum system: batuan induk dan batuan reservoir. Dan proses pematangan serta generasi minyak dan gas dari batuan induk ini telah berjalan dan aktif sedang terjadi, dibuktikan dengan banyaknya rembesan minyak dan gas naik ke permukaan di bawah volkanik. Migrasi jelas sudah terjadi dengan naiknya hidrokarbon ini ke permukaan. Apakah hidrokarbon ini bisa bermigrasi ke perangkap-perangkap di bawah volkanik? Tentu saja.

Masalahnya adalah bagaimana kita dapat mengidentifikasi keberadaan perangkap yang bisa memerangkap migrasi minyak-gas dari “kitchen” yang berada di bawah lapisan volkanik ini bila data seismik di bawah lapisan volkanik ini sangat buruk?
Untuk tujuan itulah diskusi panel ini diadakan, yaitu mengetahui bagaimana potensi hidrokarbon di bawah volkanik (subvolkanik), dan bagaimana teknologi geofisika (seismik dan nonseismik) dapat menyediakan datanya dengan baik.

Diskusi berjalan dengan baik di bawah kendali moderator Pak Ahmad Yuniarto. Ada beberapa harapan atas teknologi geofisika untuk mendekati subvolcanic hydrocarbon prospectivity ini, tetapi yang lebih diperlukan adalah bagaimana kita mengawal terus masalah ini sampai menemukan solusi yang nyata. Sebab kita di Indonesia masalah-masalah yang sebenarnya bisa sangat penting sering berakhir dengan sendirinya seusai seminar.

Sumber : awangsatyanablog

Post a Comment

0 Comments

close